Cinta Rosul

Diterbitkan Oleh eko rosandi pada 19 April 2011 | 08.16


Kalau seandainya saya bertanya dan saya lihat dari biodata kebanyakan orang, tentunya banyak sekali kita lihat dan kita dengar siapakah orang yang paling di cintai, tentunya tidak sedikit dari orang muslim di Dunia ini yang menempatkan Rasulullah SAW di tempat / urutan / posisi yang paling pertama. 
Namun apakah pengakuan nya itu benar adanya atau hanya merasa agar di lihat beriman atau dinilai bertaqwa.
Miris rasanya jika pengakuan itu hanya di tulisan dan mulut belaka tanpa ada suatu tindakan yang dilakukan atau mengikuti sunnah nya. 
MENCINTAI RASUL SAW merupakan suatu hal yang harus ada dalam diri setiap muslim, karena itu adalah tanda bukti keimanannya. Mencintai dan mentaati beliau berarti mencintai dan mentaati Allah Swt. Namun amat disayangkan, sebagian kaum muslimin saat ini ada yang salah dalam mewujudkan cintanya kepada Rasulullah saw dengan melakukan hal-hal yang tidak dicontohkan, baik oleh Nabi sendiri maupun oleh para sahabat. Bahkan, ada yang mencukupkan diri dengan banyak mengucapkan shalawat dan puji-pujian lainnya, serta acara-acara seremonial. Namun realitas kesehariannya bertolak belakang dengan sunnah Rasulullah saw.

Mencintai Rasulullah harus dibuktikan dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan syariat. Wujud sebenarnya bagaimana mencintai Rasulullah adalah dengan melihat kehidupan para shahabat dan generasi sesudah mereka. Mereka membuktikan rasa cintanya dengan tidak pernah membantah apa yang diperintahkan Rasulullah saw dan selalu berusaha untuk meniru semua sisi pribadi beliau. Karena itu, amat disayangkan, jika ada di antara kaum muslimin yang mengaku mengenal dan mencintai Rasulullah, saw namun tidak mengikuti dan mengamalkan sunnahnya.

Kewajiban mencintai Nabi saw

Sebagai seorang seorang muslim, kita berkewajiban untuk mencintai Rasul saw. Allah Swt berfirman: ”Katakanlah, ’Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah Swt dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (At-Taubah: 24).

Ayat ini cukup menjadi bukti keharusan untuk mencintai Rasulullah saw. Bahkan ayat tersebut juga menunjukkan begitu besar hak Rasulullah saw untuk dicintai, sebab dalam ayat tersebut Allah Swt memberikan ancaman bagi orang-orang yang lebih mencintai harta, keluarga, dan anak-anak daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya. Bahkan di akhir ayat, Allah menggolongkan orang-orang yang mempraktekkan hal tersebut sebagai orang yang sesat dan tidak mendapatkan hidayah dari Allah Swt.

Bahkan kualitas iman seseorang sangat ditentukan dengan sejauh mana cinta kita kepada Rasulullah. Orang yang memiliki iman yang sempurna selalu memposisikan cintanya kepada Rasul saw dengan posisi urutan pertama dibandingkan cintanya kepada manusia lain. Cintanya kepada Rasulullah melebihi cintanya kepada orang tua, istri/suami dan anaknya, bahkan dirinya sendiri. Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah sempurna iman salah seorang diantara kamu sehinga aku lebih dicintai dari anaknya, kedua orang tuanya dan manusia semua.” Di hadits yang lain, Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah sempurna iman seseorang sehingga aku lebih dicintai dari dirinya sendiri” (H.R Ahmad).

Makna dan urgensi cinta Nabi saw

Orang yang memperoleh cinta Allah dan Rasul-Nya pasti akan memperoleh kebahagian di dunia dan di akhirat. Tentunya dengan mengamalkan Al-Quran dan Sunnah Rasul saw. Allah Swt telah menegaskan dalam Al-Quran bahwa prasyarat untuk mendapatkan cinta-Nya adalah harus mengikuti Rasulullah saw terlebih dahulu. Dengan kata lain, mencintai Rasulullah berarti mencintai Allah. Mengikuti petunjuk Rasul saw adalah syarat mutlak untuk mendapatkan cinta Allah Swt, sebagaimana firman-Nya, “katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu dan mengampuni dosa-dosamu” (Ali Imran: 31) Inilah substansi dari makna mencintai Rasuullah saw.

Dalam kitab “Syarh Riyadhus Shaalihiin”, Syaikh al-Utsaimin rahimahullahberkata, “Ayat ini disebut oleh sebagian ulama dengan ayat ujian, karena Allah menguji suatu kaum yang mengaku bahwa mereka mencintai Allah seraya berkata, “Kami mencintai Allah.” Ini adalah pengakuan yang mudah tetapi pengakuan ini mengandung konsekuensi. Allah Swt berfirman: “Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikuti Aku.” Atau, barangsiapa yang mengaku mencintai Allah dan tidak mengikuti Rasulullah Saw, maka pengakuannya itu tidak benar, tetapi dia pembohong karena di antara tanda kecintaan kepada Allah adalah mengikuti Rasul-Nya.”

Selain itu, banyak ayat lain yang memerintahkan kita untuk mentaati dan mengikuti sunnah Rasul saw (lihat An-Nisa’’: 65, Al-A’raf: 158, al-Ahzab: 21, al-Hasyr: 7). Disamping itu, Allah Swt menjadikan teladan yang baik didalam contoh kepribadian yang sempurna, yaitu Rasulullah saw. Sehingga Allah saw berfirman dengan kata-kata penegasan,“Sesunggguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri tauladan bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Al-Ahzab: 21). Hal ini ditegaskan pula di dalam ayat yang lain: “Sesunggguhnya engkau benar-benar berakhlak yang agung” (Al-Qalam: 4).

Muhammad Bin Ali at-Tirmizi berkata, “Yang dimaksud dengan meneladani Rasul saw adalah mengikuti jejak beliau, mengamalkan Sunnahnya, serta meninggalkan larangannya, baik yang berupa perkataan maupun perbuatan.” (lihat Bagaimana mencintai Rasulullah, hal 94).

Banyak Hadits yang menjelaskan tentang kewajiban mencintai Rasulullah. Di antaranya sabda beliau, “Al-Quran itu terasa sulit bagi orang yang membencinya, padahal Al-Quran merupakan alat untuk menetapkan suatu hukum. Barangsiapa yang berpegang kepada Haditsku, memahami dan menghafalnya, maka dia kelak akan datang bersama Al-Quran. Barangsiapa yang meremehkan Al-Quran dan Haditsku, maka dia akan merugi di dunia dan di akhirat. Ummatku telah diperintahkan untuk mendengarkan sabdaku, mentaati perintahku dan mengikuti Sunnahku. Maka barangsiapa ridha terhadap sabdaku, berarti telah ridha kepada Al-Quran.”

Rasulullah juga bersabda, “Sesungguhnya bani Israil tercerai berai menjadi tujuh puluh dua golongan, dan sesungguhnya ummatku akan bercerai-berai menjadi tujuh puluh tiga golongan. Kesemuanya akan berada di dalam neraka, kecuali hanya satu golongan saja.” Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda, “Mereka itu adalah orang yang memegang ajaranku dan ajaran para sahabatku sekarang ini.”

Beliau juga bersabda, “Barangsiapa menghidupkan salah satu dari Sunnahku yang telah dimatikan sepeninggalku, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi kadar pahala mereka yang telah mengamalkan Sunnah ini sedikitpun. Barangsiapa membuat sebuah bid’ah sesat yang tidak dirihai oleh allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan dosa sebanyak dosa orang yang telah mengamalkan bida’ah itu tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (H.R Tirmidzi).

Dari beberapa ayat Al-Quran dan Hadits diatas, dapatlah disimpulkan bahwa makna cinta kepada Rasul saw berarti mentaati perintah dan larangan Rasulullah saw, mengikuti petunjuk beliau, mengamalkan dan menghidupkan Sunnah beliau.

Oleh karena itu, para ulama telah sepakat bahwa agar diterimanya ibadah seseorang harus memenuhi dua syarat; Pertama, ikhlas. Kedua, mengikuti petunjuk Rasulullah saw. Bila salah satu syarat ini tidak terpenuhi atau keduanya, maka amal ibadahnya tidak diterima sehingga menjadi sia-sia.

Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata, “Yang lebih amalnya adalah yang paling ikhlas dan yang paling benar. Bila amal itu ikhlas namun belum benar, maka amal itu tidak diterima. Sebaliknya, bila amal itu benar namun belum ikhlas, maka amal itu tidak diterima. Amal itu diterima jika benar dan ikhlas. Orang yang ikhlas itu, bila amalnya untuk Allah swt. Dan orang yang benar itu, bila amalnya berdasarkan sunnah”.

Berpegang perkataan al-Fudhail bi ‘Iyadh di atas, Ibnu Katsir menafsirkan firman Allah Swt, “Dan Siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang-orang yang ikhlas menyerahkan diri kepada Allah, sedangkan diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus. Allah mengambil menjadi menjadi kesayangan-Nya.” (An-Nisa’125).

Ibnu Katsir berkata, “Ketika amal perbuatan kehilangan saah satu dari dua syarat ini (ikhlasdan benar), maka amal perbuatan ini menjadi rusak. Siapa yang kehilangan keikhlasan, maka orang itu menjadi munafik, yaitu memperlihatkan amalnya kepada manusia (riya’). Dan siapa yang kehilangan ketaatan kepada Rasulullah (landasan sunnah), maka orang itu sesat dan bodoh. Siapa yang memenuhi kedua syarat itu, itulah perbuatan orang-orang beriman yang amal mereka diterima (dengan alasan) lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan diampuni kesalahan-kesalahan mereka”.

Tanda-tanda cinta kepada Rasulullah

Orang yang mencintai sesuatu biasanya akan lebih mengutamakan sesuatu yang dicintainya itu. Dia akan selalu patuh, taati dan mengikuti orang yang dicintai. Baginya, sang kekasih adalah figur dan idolanya. Jika tidak sampai seperti itu, maka pengakuan cintanya perlu dipertanyakan kembali. Oleh karena itulah, orang yang telah mengaku dirinya telah mencintai seharusnya memperlihatkan tanda-tanda kecintaanya tersebut.

Dalam kitabnya “Asy- Syifaa Bi Ta’riifi Huquuqil Mushthafaa”, al-Qadhi Iyadh rahimahullah (wafat 544 H), seorang ulama besar dari Andalusia, menyebutkan tanda-tanda orang yang mencintai Rasulullah, yaitu:Pertama, mengikuti Sunnah beliau, baik yang berupa perkataan maupun perbuatan. Dia akan mengerjakan seluruh perintah Rasulullah, menjauhi larangannya dan berperilaku seperti beliau dalam keadaan suka dan duka.Kedua, lebih memprioritaskan ajaran syariat beliau sehingga rela untuk mengeyampingkan dorongan syahwatnya. Ketiga, membenci manusia karena Allah, bukan berdasarkan dendam pribadi. Keempat, seringkali menyebut-nyebut nama baginda Rasulullah saw. Sebab seseorang yang yang mengaku cinta kepada sesuatu, maka dia pun akan sering kali menyebut-nyebut sesuatu yang dia cintai itu. Kelima, seringkali merasa rindu untuk bertemu dengan Rasulullah, sebab setiap pecinta itu akan sangat senang bila dengan kekasihnya. Keenam, menghormati dan memuliakan sang kekasih ketika namanya disebut. Dia akan memperlihatkan sikap khusyu’ dan merasa tersentuh takkala mendengar nama Rasulullah. Ketujuh, mencintai orang-orang yang mencintai Nabi saw dan orang-orang yang dicintai oleh beliau, seperti keluarga Rasulullah dan para sahabat. Kedelapan, membenci orang-orang yang memusuhi Rasulullah dan orang-orang yang dibenci oleh beliau.Kesembilan, mencintai Al-Quran yang telah dibawa oleh Rasulullah saw.Kesepuluh, mencintai ummat Nabi Muhammad dan suka memberikan nasihat kepada mereka. Kesepuluh, hidup zuhud di dunia dan rela untuk fakir [] Muhammad Yusran Hadi, Lc, MA | Pengurus Dewan Dakwah Islamiah Indonesia (DDII) Aceh, Dosen IAIN Ar-Raniry,saat ini menempuh studi program Doktor Ushul Fiqh, UIA Malaysia

1 komentar:

Unknown mengatakan...

اللهم صل وسلم على سيدنا محمد
Marilah senantiasa kita hiasi diri kita dengan sholawat atas Nabi Muhammad SAW.Beliau manusia pilihan yang membawa rahmat bagi semua.Ia teladan bagi kita semua.

Posting Komentar

Berikan pendapat anda tentang posting kami... terimakasih.