Bagaimana Mencari Teman Yang Berguna Bagi Agama?

Diterbitkan Oleh eko rosandi pada 19 April 2011 | 23.18


Ketahuilah bahwa tidaklah seharusnya setiap manusia dijadikan teman. Sebab jika teman buruk dikhawatirkan engkau akan terpengaruh menjadi buruk pula. Rasulullah SAW bersabda : “Manusia itu mengikuti agama teman karibnya, maka hendaklah seseorang di antara kamu menilai orang yang manakah seharusnya yang dijadikan teman.”
Hendaknya menjalin persahabatan itu haruslah diperhitungkan, apakah teman tersebut bermanfaat bagi agama dan kepentingan dunia. Ataukah hanya sekedar mendapatkan keuntungan duniawi saja. Adapun tujuan untuk mendapatkan kepentingan agama ialah dengan bergaul akan menambah ilmu bermanfaat sehingga semakin dapat menyempurnakan ibadah. Atau dengan pergaulan yang baik akan dapat mencegah kemungkaran, sebab ada yang memperingatkan atau menasehati. Sebagian ulama salaf berpendapat, “Carilah teman sebanyak-banyaknya. Sebab setiap mukmin mempunyai syafaat, maka semoga engkau masuk syafaat saudaramu.”
Diriwayatkan dalam tafsir Gharib tentang firman Allah ini : “Dan Dia mengabulkan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang shalih dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Dan orang-orang yang kafir bagi mereka adzab yang sangat keras.” (QS. Asy-Syura : 26)
Sebagian ulama salaf dalam kitab itu menafsirkan bahwa orang yang beriman dan beramal shalih dapat memberi syafaat kepada teman-temannya. Kemudian orang-orang shalih tersebut memasukkan mereka ke dalam surge. Ketika Allah mengampuni hamba-Nya, maka hamba itu memberi syafaat kepada teman-temannya. Karenanya, para ulama salaf menganjurkan agar seseorang memperbanyak teman yang beriman dan shalih.
Secara umum hendaknya memilih teman yang berakal, baik budi pekertinya, tidak fasiq, tidak berbuat bid’ah dan tidak serakah kepada dunia.
Orang yang berakal hendaknya dijadikan teman karena akal merupakan sesuatu yang utama. Tidak ada manfaat jika engkau berteman dengan orang-orang dungu dan bengis. Karena persahabatan itu tidak akan berlangsung lama. Kadang-kadang orang dungu itu menyulitkan kamu sendiri.
Adapun orang yang baik budi pekertinya ialah yang berakal dan akhlaknya baik. Orang yang berakal saja tidaklah cukup jika akhlaknya buruk. Banyak orang yang berakal namun masih dikalahkan oleh nafsu syahwatnya atau dikalahkan dengan sifat kikirnya.
Orang fasiq yang terus menerus dalam kefasikannya tidaklah bermanfaat untuk dijadikan teman. Orang ini tidak takut kepada Allah dalam melakukan dosa-dosa besar. Kemungkinan engkau akan terpengaruh dan terseret dalam perbuatan maksiatnya. Allah telah memperingatkan “Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaanya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi : 28)
Ja’far As Shadiq berkata, “Janganlah engkau berteman dengan lima golongan orang ini :
  1. Orang yang suka berbohong. Karena jika engkau berteman dengannya, maka engkau akan menjadi objek penipuan. Dia seperti fatamorgana mendekatkan kepadamu sesuatu yang jauh dan menjauhkan darimu sesuatu yang dekat.
  2. Orang dungu. Karena engkau tidak akan mendapatkan sesuatu darinya. Ia menghendaki untuk memberi manfaat dan bergunan bagimu, namun kenyataannya justru menyusahkan kamu.
  3. Orang penakut. Sesungguhnya ia akan menyerahkan kamu dan ia sendiri lari ketika mendapat masalah.
  4. Orang kikir. Sesungguhnya ia akan memutuskan sesuatu yang sangat kau butuhkan.
  5. Orang fasiq. Karena ia akan tega menggadaikanmu dengan sesuap makanan.
Namun berbeda dengan Al Junaidi. Ia lebih suka berteman dengan orang fasiq daripada qari’ (ahli membaca Al Qur’an) tetapi berakhlak buruk. Katanya “Aku lebih senang ditemani orang fasiq yang berakhlak baik daripada ditemani orang qari’ yang berakhlak buruk.”
Suatu hari Abu Sulaiman berpesan kepada muridnya, “Wahai Ahmad, janganlah engkau berteman, kecuali pada salah sati dari dua orang ini. Orang yang bisa kau peroleh manfaat tentang urusan duniawi atau orang yang bermanfaat bagi akhiratmu. Selain dua orang itu adalah bodoh sekali.”
Sedangkan Sahal bin Abdullah berkata, “jauhilah berteman dengan tiga golongan manusia yaitu orang yang lalai kepada Allah, qari’ yang suka berbohong dan sufi yang bodoh.”
Al Makmun berkata, “Saudara itu ada tiga yaitu seseorang yang ibarat seperti makanan. Kita pasti membutuhkannya. Seseorang yang ibarat seperti obat, kadang-kadang kita membutuhkannya untuk menyembuhkan penyakit. Dan seseorang yang ibarat penyakit, kita tidak membutuhkannya namun kadang-kadang ia menimbulkan kerugian. Orang ketiga itulah yang tidak kita butuhkan karena tidak bermanfaat sama sekali.
Ada pula yang mengatakan bahwa manusia itu seperti pepohonan dan tumbuh. Di antara mereka ada yang menjadi naungan dan tidak berbuah. Orang ini bermanfaat bagi kepentingan duniawi saja. Karena bayangan untuk berteduh cepat lenyap seiring dengan bergesernya matahari. Ada pula orang yang seperti pohon tak berdaun tetapi buahnya banyak. Ini golongan orang yang bermanfaat bagi akhirat.
Ketika seseorang tidak endapatkan teman yang dapat memberi manfaat, maka tidak berteman sama sekali adalah lebih utama. Artinya, lebih baik tidak berteman daripada memiliki teman tetapi tidak mendatangkan manfaat serta keuntungan. Karena itu Abu Dzar berkata, “Sendirian lebih utama daripada berteman dengan orang yang jahat. Tetapi berteman dengan orang yang baik lebih utama daripada sendirian.”

by : BA

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan pendapat anda tentang posting kami... terimakasih.