Allah Menciptakan Seluruh Mahluk agar Mereka Mentauhidkan-Nya Semata dalam Seluruh Ibadah

Diterbitkan Oleh eko rosandi pada 09 April 2011 | 10.30



Al Imam Ibnu Qoyyim Al Jauziyah –rohimahullah- mengatakan, “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah mengutus para rasulNya –‘alaihimush sholatu was salaam-, telah menurunkan kitab-kitabNya, telah menciptakan langit dan bumi agar (mahluknya) mengenal Allah, menyembahNya, mentauhidkanNya, menjadikan semua peribadatan mereka hanya kepada Allah, agar mereka hanya memberikan keta’atannya kepada Allah dan berdo’a hanya kepadaNya, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku ciptakan seluruh jin dan seluruh[1] manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu[2]“.
(QS : Adz Dzariyat [51] :56).
Demikian pula firman Allah Ta’ala,
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi serta apa yang berada di antara keduanya kecuali dengan Haq[3]
(QS : Al Hijr [39] :85).
Demikian juga dalam firman Allah Ta’ala
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”.
(QS : Ath Tholaaq [65] :12).
Firman Allah Ta’ala,
جَعَلَ اللَّهُ الْكَعْبَةَ الْبَيْتَ الْحَرَامَ قِيَامًا لِلنَّاسِ وَالشَّهْرَ الْحَرَامَ وَالْهَدْيَ وَالْقَلَائِدَ ذَلِكَ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia, dan (demikian pula) bulan Haram, hadya, qalaid. (Allah menjadikan yang) demikian itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
(QS : Al Maidah [5] :97).
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan kepada kita bahwa sesungguhnyamaksud dari penciptaan mahluk dan perkara yang diinginkan dari adanya mereka adalah agar mereka mengenal Allah dengan nama-namaNya yang mulia dan shifat-shifatNya. Demikian juga agar mereka hanya menyembah/beribadah hanya kepada Allah semata dengan tidak menyekutukanNya dan agar manusia menegakkan keadilan yang mana Allah adalah Dzat yang Maha Adil yang dengan shifat adilnya tersebut tegaklah langit dan bumi. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami[4] dengan membawabukti-bukti yang nyata[5] dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan mizaan[6] supaya manusia dapat melaksanakan keadilan”.
(QS : Al Hadiid [57] :25).
Demikian juga Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberitahukan kepada kita bahwa sesungguhnya maksud dari diutusnya para rasul, dan diturunkannya kitab-kitab agar tegak keadilan dimana seagung-agung keadilan adalah tauhid yang dia adalah penghulu keadilan dan penegakan keadilan. Demikian juga (sebaliknya) kesyirikan adalah kedholiman, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya kesyirikan adalah kedholiman yang paling besar“.
(QS : Luqman [31] : 13).
Kesyirikan adalah bentuk kedholiman yang paling besar dan tauhidadalah keadilan yang paling adil maka semua hal yang merupakan pengingkaran terhadap maksud dan tujuan dari hal di atas[7] merupakan dosa besar yang paling besar dan perbedaan derajat besar dosanya sesuai dengan pengingkaran terhadapnya. Demikian juga semua hal yang bersesuaian dengan tujuan ini merupakan kewajiban yang paling wajib dan bagian dari keta’atan-keta’atan.
Maka renungkanlah prinsip ini dan penjabarannya dengan sebaik-baik perenungan niscaya dengannya engkau akan pahami hikmah dari  Dzat yang Maha Hikmah,  Dzat yang Maha Luas IlmuNya terhadap perkara yang Dia wajibkan kepada para hambanya dan Dia haramkan bagi mereka serta beragamnya tingkat keta’atan-keta’atan dan kemaksiatan-kemaksiatan.
Kesyirikan kepada Allah merupakan sebuah pengingkaran yang nyata terhadap tujuan di atas maka jadilah hal tersebut (kesyirkan) merupakan dosa yang paling besar secara mutlak, Allah haramkan bagi pelakunya surga, Allah halalkan darah, harta dan keluarga pelakunya bagi orang-orang yang bertauhid dengan Allah jadikan pelaku kesyirikan sebagai budak orang-orang yang bertauhid disebabkan mereka meninggalkan penghambaan kepadaNya. Demikian juga Allah mengabaikan mereka dengan tidak Allah terima amal baik mareka, (tidak Allah berikan seseorang untuk memberikan, pent.) syafa’at kepada mereka, dan tidak Allah kabulkan do’a mereka pada hari akhirat nanti bahkan kesalahan kecil merekapun tidak Allah ampuni. Sesungguhnya orang musyrik adalah sebodoh-bodoh orang yang bodoh karena mereka manjadikan tandingan/sekutu bagi Allah dan hal itu merupakan puncak dari kebodohan sebagaimana ia adalah puncak dari kedholiman yang mana orang musyrik (dengan kesyirikannya) tidaklah mampu mendholimi Allah bahkan kesyirikan itu merupakan kedholiman bagi diri mereka sendiri?!! Maka akal manakah yang bisa menerima kedholiman pada diri sendiri…??!!
Allahul Musta’aan, wa Allahu A’lam.
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfa’at bagi kami dan pembaca sekalian.
Diterjemahkan dengan penambahan dan perubahan gaya bahasa dari kitab Ad Da’u wad Dawa’u lil Imaam Ibnu Qoyyim Al Jauziyah –Rohimahullah- dengan tahqiq Fadhilatusy Syaikh ‘Ali bin Hasan bin Abdil Hamiid Al Halabiy hafidzahullah hal. 183-184 cetakan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh, KSA oleh Al Faaqir ilaa Maghfiroti Robbih Abu Haalim Budi As Sijambali.

[1] Kami terjemahkan dengan kata seluruh karena sebagaimana dalam kaidah Tafsir Al Qur’an “Huruf Alif dan Lam yang masuk pada isim sifat, isim jenis, memberikan faidah keumuman sesuai kata yang dimasukinya”. Lihat Al Qowaidul Hissaan Al Muta’aliqotul bi Tasiril Qur’an oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di Rohimahullah hal. 19-22 cetakan Dar Ibnul Jauzy, Riyadh, KSA atau terjemahan dari saya untuk kitab ini, mudah-mudahan Allah ‘Azza wa Jalla mudahkan kami untuk menyelesaikannya.
[2] Syaikh Muhammad bin Abdul Wahaab Rohimahullah mengatakan dalamTsalatsatul Ushul beribadah kepadaKu maksudnya mentauhidkanKu. [lihatHushulul Ma’mul bi Syarhi Tsalatsatil Ushul hal. 46-47 cetakan Maktabah Ar Rusyd, Riyadh, KSA].
[3] Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di Rohimahullah mengatakan, “maksudnya dengan haq yang menjadikan sesuatu yang berada diantaranya (langit dan bumi) sebagai dua dalil yang menunjukkan sempurnanya kedua ciptaanNya (langit dan bumi), ketentuanNya, keluasan rahmatNya dan hikmahNya, ilmuNya yang luas dan sesungguhnya tidaklah pantas ibadah (ditujukan) kecuali hanya kepadaNya yang tiada sekutu bagiNya”. [Lihat Taisir Karimir Rohmanoleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di Rohimahullah hal. 409 cetakan Dar Ibnu Hazm, Beirut, Lebanon.]
[4] Dikatakan oleh Penulis Tafsir Jalalain –rohimahumallah-yang dimaksud dengan أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا adalah para malaikat yang Kami utus kepada para Nabi. [LihatTafsir Jalalain Li Imamaini Al Jalilaini Muhammad bin Ahmad Al Mahalli dan Abdurrahman bin Abi Bakr As Suyuthi dengan ta’liq dari Syaikh Shofiyurrohman Al Mubarokfuri hafidzahullah hal. 312 cet. Darus Salam, Riyadh, KSA.]
[5] Maksudnya hujjah hujjah yang jelas dan nyata. [sumber idem.]
[6] Maksudnya keadilan. [sumber idem.]
[7] Yaitu adalah maksud dari diutusnya para rasul, dan diturunkannya kitab-kitab agar tegal keadilan dimana seagung-agung keadilan adalah tauhid yang dia adalah penghulu keadilan dan penegakan keadilan.

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan pendapat anda tentang posting kami... terimakasih.